HIDUP SESUDAH MATI

HIDUP SESUDAH MATI


       Setiap manusia yang hidup di dunia pasti akan mati . Ini adalah realitas yang tak perlu dipertanyakan lagi. Tapi banyak yang tak diketahui orang, ada apa setelah mati? Adakah kehidupan setelah mati? Apakah sama kehidupan setelah mati dengan kehidupan yang dijalani manusia di dunia? Ada yang menyangka bahwa manusia akan mengalami reinkarnasi, yakni hidup kembai ke dunia, menitis pada orang atau hewan tertentu sesuai dengan amalan dalam kehidupam mereka sebelumnya di dunia. Ada juga yang berpendapat bahwa kehidupan manusia tidak lain hanya di dunia saja, tak ada kehidupan lagi setelah mati. Jelas perkara-perkara tersebut tak bisa dijangkau oleh akal pikiran manusia dan alam semesta. Harus ada informasi dari Allah Swt. yang menciptakan manusia dan alam semesta. Oleh karena itu, secara tegas Allah Swt menolak pendapat para filosof faham dahriyah yang hanya meyakini kehidupan di dunia ini saja, sebagaimana firmanNya:


       “Dan mereka berkata: ‘Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa’. Dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.”(QS. Al Jatsiyah 24).


       Allah Swt. menegaskan bahwa kehidupan itu tidak hanya di dunia saja, melailnkan ada kehidupan akhirat yang mau tidak mau akan dilalui manusia. Sebab, semua manusia adalah mahluk Allah, berasal dari Dia dan akan dikembalikan kepadaNya. Dia berfirman:


       “Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkanNya kembali, kemudian kepadaNyalah kamu dikembaikan,”(QS. Al Baqarah 28).


       Bahkan Allah Swt. menyatakan bahwa akhirat adalah kehidupan yang hakiki sebagaimana firmanNya:


       “Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenanya kehidupan kalau mereka mengetahui.”(Qs. Al Ankabut 64)


       Oleh karena itulah , Allah Swt. menyuruh manusia agar mengejar akhirat dengan sekuat tenaga sebagai cita-cita hidup yang hakiki sekalipun tidak melupakan bagiannya dalam kehidupan di dunia yang harus ia lalui dan nikmati. Allah Swt. berfirman:


       “Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”(QS. Al Qashash 77).


       Sudah jelaslah kini bahwa rumusan hidup manusia adalah akan kembali hidup setelah dia mati. Bukan hidup sembarang hidup, tapi hidup yang hakiki yang kekal abadi. Namun untuk itu manusia diminta berjuang di dunia buat mencari kebahagiaan di sana kelak, agar tidak terjerumus dalam kesengsaraan abadi. Bukan berarti orang yang mengarahkan cita-citanya kepada puncak kebahagiaan di akhirat melupakan bagiannya di dunia. Tidak, justru dia akan menikmatinya dengan penuh syukur kepada Allah, serta penuh kesadaran bahwa hidupnya tidak hanya di dunia saja. Oleh karena itu, ia akan selalu menebar kebaikan di muka bumi, Disamping itu -- sebagai konsekuensi logisnya -- dia tidak akan membuat kerusakan di muka bumi.
       Untuk lebih mengartikulasikan makna hidup kita di dunia ini hendaknya bayangan kehidupan akhirat yang bakal kita lalui selalu terekam dalam benak kita. Untuk itu, tidak ada jalan lain kecuali kita selalu memberilkan perhatian  yang cukup dan menambah wawasan tentang hidup setelah mati melalui informasi ilahi yang ada dalam nash-nash al Qur’an dan sunah Rasulullah Saw. Dengan begitu kita akan dapat mengambil keputusan dengan tepat tentang apa yang mesti kita perbuat dalam hidup di dunia ini. Pernah diriwayatkan bahwa salah seorang sahabat Rasulullah Saw. bertanya kepada beliau dalam suatu medan pertempuran:”Wahai Rasulullah di mana letaknya surga?” Beliau Saw. menjawab,”Itu di depan itu dalam kecamuk perang jihad”. Maka pemuda itu berkata:”Kalau aku sampai menghabiskan kurma yang ada di tanganku ini, sungguh lama rasanya!” Lalu pemuda itu segera membuang kurma yang ada dalam genggaman tangannya dan bergegas memasuki kecamuk peperangan dan gugur sebagai syuhada.


Bangkitnya Manusia dari Kubur
       Siapapun manusia yang mati, di manapun kuburnya, bagaimanapun cara penguburannya, pasti akan dibangkitkan dari kuburnya. Percaya atau tidak, manusia pasti akan dihidupkan kembali untuk mempertanggungjawabkan segala yang pernah diperbuatnya di dalam kehidupan dunia ini. Allah Swt. berfirman:


       “Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan dari kuburmu di hari kiamat.”(QS. Al Mukminun 15-16).


       Dan orang-orang kafir yang tak mempercayainya (al Mukminun 37) akan benar-benar kaget dibuatnya, sebagaimana firman Allah ta’ala:


       “Dan ditiupkan sangkakala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Rabb mereka. Mereka berkata: ‘Aduh celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?’ Inilah yang dijanjikan Dzat yang Maha Pemurah dan benarlah para rasulNya”(QS. Yasin 51-52).


       Maka pastilah orang-orang kafir itu dihinakan oleh Allah Swt. sebagaimana firmanNya:


       “..Dan bagi orang-orang kafir ada siksa yang menghinakan. Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakan Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.”(QS. al Mujaadilah 6).


       Orang-orang yang tidak percaya kepada hari kebangkitan dan pembalasan itu sebenarnya lantaran pikiran picik mereka yang tak mampu menjangkau ke Mahakuasa-an Allah Swt., sebagaimana firmanNya:


       “... ia berkata:’Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh? Katakanlah:’Ia akan dihidupkan kembali oleh Allah yang menciptakannya pertama kali. Dan Maha Mengetahui tentang segala mahluk.”(QS. Yasin 78-79).


       Sebaliknya, orang-orang mukmin dimuliakan Allah. Dan hari kebangkitan merupakan wujud nyata janji Allah bahwa orang-orang mukmin itu lebih mulia dari pada orang-orang kafir. Itu dapat dilihat dari cara bangkit dan digiringnya manusia ke padang mahsyar yang berada dalam kondisi yangberbeda-beda sesuai dengan iman dan amalnya waktu di dunia. Siapa yang mati dalam keadaan memperjuangkan agama Allah, kelak ia akan dibangkitkan dalam keadaan baik lagi menggembirakan. Namun siapa saja yang mati dalam keadaan berbuat jahat, ia akan dibangkitkan dalam keadaan buruk dan mengerikan. Imam Muslim meriwayatkan suatu hadits dari sahabat Jabir r.a. yang pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:


       “Kelak tiap hamba akan dibangkitkan sesuai dengan keadaan amal perbuatan yang sedang ia lakukannya ketika ia mati”.


       Bahz bin Hakim meriwayatkan hadits dari ayahnya dari kakeknya yang mengatakan pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:


       “Sesungguhnya kalian akan digiring dengan berjalan kaki, dengan berkendaraan, dan dengan diseret ke muka kalian.”(HSR. At Turmudzi).


            Semua manusia digiring ke padang mahsyar untuk mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya di dunia