Bukan rahasia lagi, kalau puasa sudah menjadi bagian dari ilmu medis, sebagai salah satu sarana penyembuhan. Bahkan, para pakar kesehatan kerap menyarankan siapa pun untuk sesekali berpuasa, untuk membantu tubuh melakukan proses pembersihan diri dari toksin (racun) yang masuk ke dalam tubuh.
Ternyata, selain bermanfaat bagi kesehatan fisik, puasa juga memberikan dampak positif bagi kesehatan psikis dan kesehatan sosial. Berikut penjelasannya, terkait dengan puasa Ramadhan yang sedang kita jalani saat ini:
Manfaat Bagi Kesehatan Fisik
Pada dasarnya orang yang berpuasa itu hanya melewatkan saat makan siang dan mempercepat waktu makan pagi. Orang yang berpuasa juga hanya tidak minum selama 8-10 jam dalam sehari dan itu tidak membahayakan kesehatan, serta tidak menyebabkan dehidrasi yang buruk bagi tubuh manusia.
Dampak positif lainnya bagi tubuh adalah puasa bisa menurunkan kadar gula darah, kolesterol, dan mengendalikan tekanan darah. Itulah sebabnya, puasa sangat dianjurkan bagi perawatan mereka yang menderita penyakit diabetes, kegemukan, dan darah tinggi. Dalam kondisi tertentu, seorang yang sedang sakit bahkan diperbolehkan berpuasa untuk menunjang proses penyembuhan.
Dengan berpuasa juga, kita otomatis akan mengurangi konsumsi makanan yang berlebihan, yang biasanya menjadi sumber bermacam-macam penyakit. Dan saat puasa, unsur-unsur racun di dalam makanan yang sudah terserap tubuh kita dapat dikurangi dan dinetralkan.
Puasa juga merupakan kesempatan menurunkan berat badan bagi yang gemuk, dengan cara tidak makan berlebihan pada waktu buka, sehabis buka dan sewaktu sahur. Kadar lemak darah, kolesterol, dan trigliserida bisa berkurang jika tingkat konsumsi makanan gorengan dan bersantan berkurang. Namun penderita penyakit hati yang berat, seperti sirosis hati, dianjurkan untuk tidak berpuasa, karena berisiko terjadi penurunan gula darah (hipoglikemia), akibat cadangan glikogen hati sangat berkurang. Pada orang normal tidak akan menjadi masalah jika kadar gula turun.
Bagi Kesehatan Psikis
Dari sisi psikis, orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan cenderung merasa tenang dan damai. Setiap orang berusaha untuk menahan amarahnya. Hal ini bisa dibuktikan dengan tingkat kejahatan pada bulan Ramadhan biasanya menurun.
Meningkatnya kualitas psikis ini berkaitan dengan stabilitas gula darah yang lebih baik selama bulan puasa, yang berpengaruh pada perubahan tingkah laku. Begitu juga dengan kebiasaan salat lima waktu yang wajib bagi umat Islam. Salat bukan hanya bermanfaat bagi penyerapan makanan, tapi juga untuk melepaskan energi. Setiap salat, dengan gerakan-gerakannya yang ringan, seseorang melepaskan 10 ekstra kalori. Dengan kombinasi itu, salat menjadi semacam olahraga yang cukup baik selama berpuasa.
Bagi Kesehatan Sosial
Mengingat dan merasakan penderitaan orang lain, merasakan lapar dan haus, juga memberikan pengalaman kepada kita bagaimana beratnya penderitaan yang dirasakan orang lain yang berkesusahan. Sebab pengalaman lapar dan haus yang kita rasakan akan segera berakhir hanya dengan beberapa jam, sementara penderitaan orang lain entah kapan akan berakhir.
Dari sini, seharusnya puasa akan menumbuhkan dan memantapkan rasa solidaritas kita kepada sesama yang mengalami penderitaan. Oleh karena itu, sebagai simbol dari rasa solidaritas, sebelum bulan puasa berakhir, umat Islam juga diwajibkan untuk menunaikan zakat, agar dengan demikian setahap demi setahap kita bisa membantu sesama yang menderita. Bahkan, zakat itu tidak hanya bagi kepentingan orang yang miskin dan menderita, tapi juga bagi kita yang mengeluarkannya agar dengan demikian, hilang kekotoran jiwa kita yang berkaitan dengan harta.