Peringatan detik-detik proklamasi jangan didominasi acara seremonial dan hura-hura saja. Seharusnya peringatan setiap tahun kemerdekaan ini digunakan sebagai “charger” untuk meningkatkan rasa kebangsaan dan nasionalisme yang perlahan mulai luntur tergerus kemajuan jaman, paparan teknologi dan budaya modern. Nasionalisme dan kebangsaan generasi baru itu bukan hanya dapat memperkokoh kesatuan NKRI, tetapi juga dapat mengurangi sikap anarkis, perkelahian anak sekolah, rayuan terorisme, dan pelanggaran kedisiplinan terhadap hukum dan etika yang ada.
Peringatan hari kemerdekaan Indonesia, memang memiliki makna mendalam bagi setiap masyarakat Indonesia di mana saja berada. Sebagai bangsa yang baik, patutlah mempunyai rasa nasionalisme yang tinggi sebagai penghargaan terhadap para pahlawan. Peringatan itu harus menumbuhkan rasa kebangsaan yang setiap tahun pasti meluntur digerus kemajuan jaman. Peringatan setiap tahun proklamsi kemerdekaan ini adalah alat yang penting untuk melakukan refreshing, alat “charger” dan menambah kekuatan rasa kebangsaan dan nasionalisme yang setiap saat secara wajar akan tergerus kemajuan teknologi dan kemajuan jaman. Seperti baterai handphone, rasa nasionalisme dan rasa kebangsaan generasi baru Indonesia ini setiap tahun akan semakin redup akibat gempuran kemajuan dan rayuan teknologi dan konsumerisme tontanan yang semakin mengoyak rasa kebangsaan dan nasionalisme. Lunturnya nasionalisme dan kebangsaan ini mungkin wajar saja dan tidak bisa disamakan dengan pelaku sejarah. Pelaku sejarah atau manusia di jaman kemerdekaan akan memiliki rasa nasionalisme yang kuat dan tidak akan pernah luntur karena ditempa pengalaman fisik dan psikologis yang ada. Sedangkan generasi baru ini secara psikologis dan fisik tidak pernah mengalami langsung. Sehingga pembentukan karakter dan memori di alam pikirnya tentang wawasan kebangsaan dan nasionalisme tidak terlalu kuat. Sehingga harus diperlukan ketekunan dalam pembentukan dan pemeliharaan karakter kebangsaan dan nasionalisme itu secara terus menerus dan berkesinambungan.
Sebagai bangsa yang menghargai negaranya, rasa nasionalisme itu harus diterapkan sejak usia kanak-kanak. Apalagi di usia remaja, yang biasanya tidak pernah tahu makna dan bagaimana mewujudkan rasa nasionalisme itu dengan baik. Sehingga sangatlah perlu rasa nasionalisme itu ada dalam diri setiap orang sejak dini. Karena dengan begitu, dewasa kelak sudah bisa mengerti lebih mendalam lagi apa arti sebenarnya nasionalisme dan bisa mewujudkanya secara benar tanpa harus dibimbing lagi. Rasa kebangsaan dan nasionalisme ini harus tumbuh tanpa upaya keterpaksaan melalui pendidikan dan indoktronidsasi melewati pemaksaan. Membaca dan memahami sejarah bangsa dan mengeali biografi kehebatan pemimpin bangsa sangat membantu menamkan rasa kebangsaan dan nasionalisme anak dan remaja Indonesia.
Menggerus Kehidupan Bangsa
Rasa nasionalisme dan kebangsaan penting harus diprioritaskan karena hal ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan berbagsa dan bernegara. Permusuhan di anatar suku bangsa, pemisahan propinsi dari NKRI dan masalahterorisme sebenarnya tidak jauh dari tergerusnya sikap kebangsaan dan nasionalisme. Coba lihat berapa banyak anak dan generasi muda yang peduli ketika Sipidan dan ligitan lepas dari Indonesia. Cermati, sikap generasi baru ketika kebudayaan Indonesia diramas oleh negara tetangga. Seperti sikap para politikus, kepedulian mereka paling hebat adalah menyalahkan kesalahan kepada pemerintah dan negara. Keterlibatan terorisme terhadap remaja Indonesia terakhir ini tampaknya bukan hanya rendahnya pemahaman ajaran agama saja. Bila sikap kebangsaan dan nasionalisme terbentuk kuat maka rayuan terorisme yang melanda remaja Indonesia pasti akan ditangkal dengan mudah.
Demikian pula tingginya perilaku anarkisme supoter bola, perkelahian anak sekolah dan mahasiswa, dan sikap kekerasan sesama anak dan remaja bisa dihindarkan bila emosi kebangsaan dan nasionalisme pada arah yang benar. Rasa nasionalisme dan kebangsaan yang tinggi akan menciptakan generasi yang memahami peristiwa sejarah dan pahlawan untuk menghargai sesama bangsa, milik bangsa dan atribut bangsa. Bila hal itu dipunyai maka tindakan merusak kepentingan bersama, menghancurkan sarana pemerintah untuk umum dan lain sebagainya pasti akan jauh dari pikiran dan perilaku anak bangsa.
Sudah sejak lama persoalan kebangsaan dan nasionalisme menjadi ganjalan dalam kehidupan berbangsa dan benegara kita. Kekhawatiran semakin menipisnya rasa nasionalisme anak bangsa khususnya para generasi muda semakin terjadi dari tahun ke tahun. Hal ini mungkin suatu kewajaran karena pola pikir dan perilaku anak modern sangat terpengaruh oleh kemajuan teknologi dan informasi yang sangat luar biasa. Kenikmatan dunia ini dan kehebatan paparan informasi dan kemajuan teknologi ini meninabobokan rasa patriotisme dan kebangsaan yang ada di otak manusia. Anak dan remaja Indonesia pasti akan lebih memalingkan mata untuk bintang film Korea atau selebritis dunia dibandingkan harus membaca bigrafi kehebatan Soekarno. Di situs Koran Anak Indonesia yang mengkhususkan bagi anak dan remaja Indonesia, tampak mereka lebih tertarik artikel He’s Beautiful dibandingan artikel sejarah dan peristiwa detik-detik proklamasi. Hal ini sulit dielakkan karena jiwa dan semangat anak dan remaja saat ini lebih tergiur oleh ketampanan dan cerita fantasi percintaan abad modern dibandingkan dengan peperangan bambu runcing tempo dulu. Hal ini tidak bisa disalahkan seratus persen ditimpakan pada anak dan remaja Indonesia.
Pentingnya Nasionalisme dan Kebangsaan
Padahal sikap dan rasa nasionalisme sangat penting bagi kesatuan dan kemajuan sebuah bangsa. Karena dengan nasionalisme maka akan terjadi keterpaduan yang diarahkan oleh tujuan yang sama di antara sesama elemen anak bangsa. Perjalanan bangsa Indonesia sejak diproklamirkan dulu juga seakan tidak lepas dari aksi-aksi sparatisme yang mencoba memisahkan diri dari NKRI. Pemberontakan demi pemberontakan seakan menjadi cerita bersambung yang terjadi secara sporadis di berbagai belahan wilayah Indonesia . Maka tidak bisa disangkal lagi bahwa nasionalisme harus ditumbuhsuburkan di sanubari generasi muda bangsa.
Penurunan sikap kebangsaan dan nasionalisme nasionalisme generasi muda, tidak terlepas dari pendidikan nasionalisme, atau pelajaran kewarganegaraan dan kebangsaan. Idealnya pelajaran ini adalah salah satu alat negara unuk mendoktrin generasi muda dengan pemahaman nasionalisme sedini mungkin. Dalam pelajaran ini disinggung bagaimana fase-fase pembentukan negara kita hingga menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Secara umum dalam sejarah terbentuknya NKRI juga dijelaskan lebih rinci mulai dari jaman kejayaan kerajaan tempo dulu, zaman penjajahan Belanda, diserahkan kepada Jepang hingga terbentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS) setelah kemerdekaan. Hingga akhirnya NKRI berdiri sampai hari ini walaupun telah ada beberapa daerah yang melepaskan diri dan memilih untuk merdeka dari Indonesia . Salah satu hal yang menyebabkan ini terjadi adalah rapuhnya nasionalisme yang tertanam dalam hati bangsa Indonesia .
Berbagai pelajaran sejarah dan pahlawan bangsa itu diharapkan menyentuh emosi dan rasa nasionalisme dan menghujamkannya ke dalam sanubari generasi muda bangsa Indonesia. Tapi kenyataannya siswa sering menganggap pelajaran ini tidak penting. Pelajaran ini hanya dianggap mengajarkan norma-norma dalam masyarakat juga semangat nasionalisme, patriotisme dan hal-hal lainnya yang menyangkut masalah kependudukan dan tata kenegaraan. Padahal pelajaran ini mempunyai maksud dan tujuan yang luhur, yaitu memberikan pemahan pada generasi muda terutama pelajar bahwa mendapatkan kemerdekaan negara dan tanah air adalah sesuatu yang sangat berharga apalagi kemerdekaan bukanlah sesuatu yang didapatkan dengan mudah. Perasaan menghargai sejarah itu memang harus ada dan tumbuh di benak generasi muda kita. Karena dengan demikian maka secara otomatis nasionalisme akan muncul. Sebagian generasi muda sulit menghayati dan merenungkan makna sejarah dan betapa beratnya perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan sehingga kita bisa hidup bebas tanpa tekanan dan ganasnya terjangan senjata bangsa penjajah.
Meski mengetahui kalau kebebasan yang bisa dinikmati hari ini tidak didapat dengan gampang, namun dengan perjuangan penuh pengorbanan, tapi penghargaan terhadap pahlawan tetap tidak muncul ke atas. Perhargaan terhadap para pahlawan hanya terefleksi lewat peringatan Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan Nasional dan Hari kebangkitan Nasional. Nasionalisme pun hanya terjadi pada saat Agustusan yang ditandai dengan ramainya bendera merah putih dikibarkan. Lagu kebangsaan Indonesia Raya hanya terdengar samar-samar sebelum kemudian menghilang dan tak diingat syairnya.
Identitas nasional
Dalam konsep kehidupan berbangsa dan bernegara, kita mengenal NKRI sebagai identitas nasional negeri ini. Indonesia adalah masyarakat yang menghuni kepulauan yang sambung menyambung dari Sabang sampai Merauke. Gugusan pulau-pulau inilah bersama dengan rakyatnya yang disebut dengan NKRI. Namun, kesatuan gugusan pulau-pulau dan rakyat penghuninya ini hampir tidak pernah sepi akan sejarah disintegrasi. Bahkan hingga kinipun bara api itu tidak benar-benar padam dan masih tetap ada. Bara api ini senantiasa mengancam kedaulatan NKRI. Di samping itu, secara budaya, yang dimaksud identitas nasional adalah jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang bisa membedakannya. Karakteristik yang terdapat dalam identitas nasional itu, suatu negara mampu menampilkan watak, karakteristik kebudayaan dan memperkuat rasa kebangsaan. Dan identitas nasional juga bisa dikatakan sebagai jati diri yang menjadi slogan-slogan kibaran bendera kehidupan.
Kedudukannya sangat penting dan strategis sehingga identitas nasional harus dimiliki oleh setiap bangsa. Karena tanpa identitas nasional suatu bangsa akan terombang-ambing tak memiliki pijakan untuk bertumpu. Namun kenyataannya sekarang, fenomena yang terjadi di masyarakat telah terjadi mengikisan identitas nasional bangsa. Banyak hal yang menjadi penyebabnya seperti dengan adanya pengaruh yang timbul dari pihak luar. Budaya-budaya Barat yang masuk ke negara kita ini, begitu capat diserap oleh setiap lapisan masyarakat.
Berbagai perilaku dan penampilan gaya bahasa, pola pikir dan mode pakaian banyak yang dipengaruhi oleh paparan budaya dari Barat. Memang semua kebudayaan, pola pikir dan mode yang datang dari budaya luar tidak semuanya negatif dan berdampak buruk pada identitas nasional kita. Tetapi yang terjadi adalah kecenderungan konsumtif terhadap apa yang datang dari luar dan secara tidak disadari menggerus rasa nasionalisme dan kebangsaan masyarakat generasi muda. Maka dengan sendirinya kearifan lokal, budaya ketimuran yang mengandung nilai-nilai luhur jadi kurang mendapat perhatian dan cenderung ditinggalkan. Dan inilah yang menjadi pangkal terkikisnya identitas nasional kita secara budaya. Identitas asli kita sebagai bangsa yang besar menjadi kabur dan tergerus. Bersamaan dengan itu rasa nasionalisme pun terkikis. Maka persoalan rasa kebangsaan dan nasonalisme kita sebetulnya adalah masalah yang tidak sederhana namun sedemikian kompleks.
Perwujudan rasa kebangsaan dan nasionalisme itu dengan cara mengisi kemerdekaan dengan berbagai perilaku yang tidak lepas dari peraturan dan hukum yang berlaku di negara tersebut dengan sebaik-baiknya. Bentuk perwujudan dari rasa kebangsan dan nasionalisme yang baik itu bukan hanya mengikuti upacara bendera atau memakai bahasa Indonesia yang baik. Mentaati peraturan yang berlaku, menghargai budaya bangsa, menghormati pahlawan, etika dan norma budaya bangsa. Hal itu semua adalah perilaku patriotisme sebagai wujud pengembangan rasa nasionalisme dan rasa kebangsaan terhadap negara ini.
Peran orang tua guru di sekolah pun cukup besar dalam memberi pemahaman kepada siswa terhadap nasionalisme ini. Banyak fakta menunjukkan bahwa anak dan remaja melalaikan sejarah bangsa karena tergerus kemajuan arus informasi seperti game, facebook, atau kemajuan gadget teknologi yang memabukkan..
Padahal, pemahaman sejarah dan mengenang para pahlawan itu sangat penting bagi remaja yang menjadi penerus bangsa nanti. Tapi anehnya, pada umumnya para guru berpendapat bahwa siswa sekolah malah banyak yang tidak antusias saat pelajaran ini diajarkan di kelas. Mereka lebih suka mengobrol satu sama lain atau mengantuk, dibandingkan menyimak materi seputar hal canggih dan modern lainnya. Hal ini bukan saja merugikan para siswa dalam hal pencapaian nilai akademik, melainkan pula pemahaman yang rendah terhadap pembentukan negara Indonesia bahkan dunia. Padahal untuk menjadi bangsa yang besar jangan sekalipun melupakan jangan sekali-kali melupakan sejarah. Tantangan ini harus dijawab oleh para orang tua dan pendidik, dengan mengemas pelajaran dan informasi tentang sejarah dan biografi pahlawan Indonesia dengan lebih kreatif dan lebih menarik.
Peran orang tua guru di sekolah pun cukup besar dalam memberi pemahaman kepada siswa terhadap nasionalisme ini. Banyak fakta menunjukkan bahwa anak dan remaja melalaikan sejarah bangsa karena tergerus kemajuan arus informasi seperti game, facebook, atau kemajuan gadget teknologi yang memabukkan..
Padahal, pemahaman sejarah dan mengenang para pahlawan itu sangat penting bagi remaja yang menjadi penerus bangsa nanti. Tapi anehnya, pada umumnya para guru berpendapat bahwa siswa sekolah malah banyak yang tidak antusias saat pelajaran ini diajarkan di kelas. Mereka lebih suka mengobrol satu sama lain atau mengantuk, dibandingkan menyimak materi seputar hal canggih dan modern lainnya. Hal ini bukan saja merugikan para siswa dalam hal pencapaian nilai akademik, melainkan pula pemahaman yang rendah terhadap pembentukan negara Indonesia bahkan dunia. Padahal untuk menjadi bangsa yang besar jangan sekalipun melupakan jangan sekali-kali melupakan sejarah. Tantangan ini harus dijawab oleh para orang tua dan pendidik, dengan mengemas pelajaran dan informasi tentang sejarah dan biografi pahlawan Indonesia dengan lebih kreatif dan lebih menarik.
Meskipun ia tidak banyak belajar sejarah, namun pelajaran sejarah masih dianggap sebagai sesuatu yang tidak dianggap prioritas. Umumnya, pelajaran sejarah itu membosankan. Guru hanya bercerita layaknya mendongeng, dan ini kadang membuat kita mengantuk. Selama di bangku sekolah, banyak yang tidak antusias menyimak pelajaran ini. Selain harus menghafal banyak nama dan tanggal, materinya kadang tidak menarik.
Pelajaran sejarah memang sangat penting dipahami untuk remaja seusianya. Perlu ada cara dan pengungkapan yang kreatif dan menarik untuk menjadikan pelajaran menyenangkan, hal tersebut tergantung pada guru yang bersangkutan. Jika cara penyampaian pelajaran sekolah di sekolah masih dengan cara yang membosankan, tidak mustahil membuat generasi muda bangsa Indonesia tidak akan menjadikan pelajaran yang sangat penting tersebut sebagai pelajaran prioritas. Padahal di rumah, kita tidak mendapat pemahaman seputar sejarah. Kalau di sekolah cara pembelajaran sejarah masih asal-asalan, tidak mustahil banyak anak muda yang buta sejarah apalagi sejarah Indonesia
Pelajaran sejarah memang sangat penting dipahami untuk remaja seusianya. Perlu ada cara dan pengungkapan yang kreatif dan menarik untuk menjadikan pelajaran menyenangkan, hal tersebut tergantung pada guru yang bersangkutan. Jika cara penyampaian pelajaran sekolah di sekolah masih dengan cara yang membosankan, tidak mustahil membuat generasi muda bangsa Indonesia tidak akan menjadikan pelajaran yang sangat penting tersebut sebagai pelajaran prioritas. Padahal di rumah, kita tidak mendapat pemahaman seputar sejarah. Kalau di sekolah cara pembelajaran sejarah masih asal-asalan, tidak mustahil banyak anak muda yang buta sejarah apalagi sejarah Indonesia
Siapa Yang Berperanan
Orang tua, Guru dan Negara yang memberikan ruang untuk warga negaranya untuk maju. Artinya seandainya belum merdeka juga belum, tentu bisa seperti saat ini. Indonesia memberikan ruang yang luas bagi warga negaranya yang ingin maju. Ini kemerdekaan bukan diberi oleh orang lain, melainkan direbut dan diperjuangkan, kemerdekaan itu tidak akan layaknya seperti pohon. Tidak akan hidup kalau tidak diperlihara, dan ini adalah sebenarnya tugas untuk generasi penerus, yang tinggal menerima pohonnya memelihara jangan sampai mati. Rahmat ini harus dicamkan kita semua, untuk diri sendiri dan untuk generasi penerus, karena dengan itulah yang maju, Negara yang bermartabat diantara bangsa-bangsa lain. Memelihara kemerdekaan adalah kewajiban kita semua, bagaimana memelihara kemerdekaan ini yang perlu dipikirkan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Hal-hal praktis mendukung agar pohon kemerdekaan tidak mati. Anak dan remaja sevagai generasi penerus dapat meneruskan tongkat estafet yang akan diberikan prestasi, kehebatan dan kepemimpinan pendahulunya.
Upaya menumbuhkan dan meningkatkan idealisme, patriotisme dan wawasan nasionalisme serta kebangsaan terhadap anak dan remaja dilakukan dengan menanamkan rasa cinta tanah air, disiplin dan kemandirian sejak anak usia sekolah. Upaya tersebut terutama di-selenggarakan melalui kegiatan kepramukaan, pecinta alam, olahraga, organisasi kepemudaan, diskusi, dan membangun informasi dan komunitas dengan minat nasionalisme dan budaya bangsa di dunia teknologi dan jejaring sosial. Diperlukan upaya inovatif dan kreatif untuk membina kegiatan lainnya yang ditujukan untuk meningkatkan idealisme, patriotisme dan wawasan kebangsaan selama pembangunan.