PENDAHULUAN
Hidup ini adalah perjalanan yang melelahkan, tanjakan maupun turunan kerap kali dirasakan oleh setiap pejalan, kita semua adalah pejalan yang dituntut untuk sampai ke tujuan kita walaupun banyak rintangan maupun ujian yang kita hadapi di tengah jalan kehidupan. Oleh sebab itu seorang pejalan hendaklah memiliki panduan dan pedoman dalam menapaki lika-liku fenomena hidup. Al-Quran dan As-Sunnah adalah pedoman dan panduan yang telah lulus uji coba. Dan ini terbukti dengan eksistensi keduanya yang bersifat universal dalam segala lini kehidupan.
Sebelum kita menilik lebih lanjut seputar Al-Quran dan hadits, ada baiknya kalau kita mengetahui lebih dahulu biografi para muhaddits, karena berkat kegigihan merekalah kita sekarang dapat mengetahui hukum dan mempelajari As-Sunnah dengan metodologi yang baik. Dunia Islam boleh tersenyum kembali pada beberapa abad yang lalu, pasalnya pada dekade ini telah lahir enam para muhaddits besar yang telah memberikan sumbangsih yang sangat besar bagi peradaban Islam. Diantaranya adalah imam Ibnu Majah, ulama yang terkenal jujur ini ternyata sangat berperan aktif dalam dakwah Islam.
Bahkan ada yang mengatakan bahwa beliau termasuk dari ulama besar Islam karena kredibilitas dan loyalitasnya pada ilmu pengetahuan Islam yang sangat tinggi. Sehingga beliau termasuk dari pengarang Kutubu As-Sittah yang sangat monumental sampai selarang.
A. AL – NASA’I
Nama lengkap beliau Abu Abdirrahman Ahmad bin Syu’ib bin Ali bin Bahar bin Sinan bin Dinar an Nasai, lahir di satu desa yang bernama Nasa’ di daerah Khurasan pada tahun 215 H.
Beliau adalah seorang ulama hadits yang terkenal, yang mana kitabnya termasuk kitab hadits yang enam, yaitu Bukhari, Muslim, Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzi dan Nasai. Ke enam kitab hadits ini dikenal yang paling sahih di dunia islam.
Guru-guru beliau di antaranya adalah Ishaq Ibnu Rahuyah, Yunus bin Abdul Ja’la (sahabat/murid Imam Syafi’i Rhl), Quthaibah bin Said Hasan bin Muhammad Za’farani, Abu Daud as Sijistani, dan lain-lain.
Tersebut dalam kitab Sunan Nasai di bahagian terjemahan pengarang bahwa beliau adalah seorang yang berpegang teguh kepada Madzhab Syafi’i dan mengarang sebuah kitab “Manasik haji” atas dasar Madzhab Syafi’i.
Di antara kirab-kitab yang dikarang beliau adalah:
1. Kitab hadits Sunan Nasai, 4 jilid besar.
2. Kitab Manasik.
3. Kitab Sunan Al Kubra.
4. Dan lain-lain.
Riwayat beliau sedikit menyedihkan. Pada tahun 302 H. beliau datang ke Damaskus, di mana ketika itu yang berkuasa adalah pengikut-pengikut Saidina Mu’awiyah yang membenci Saidina ‘Ali Rda.
Banyak orang ketika itu yang menghina Saidina ‘Ali. Imam Nasai bukan kaum Syi’ah, tetapi beliau mencintai Ahli Bait, khususnya Saidina’Ali Kw. Beliau mengarang sebuah kitab untuk menerangkan kelebihan-kelebihan Saidina ‘Ali Kw.
Dengan keluar dan beredarnya kitab ini menjadikan penguasa di Damaskus marah kepada beliau. Akhirnya beliau diusir dari Damaskus, sampai-sampai kabarnya dipukuli sehingga beliau wafat di suatu tempat yang bernama Ramlah di Syria.
Ada orang mengatakan bahwa jenazahnya dibawa ke Mekkah dimakamkan antara Shafa dan Marwa.
Berkata Imam Daruquthni, bahwa Nasai adalah seorang Ulama yang terkenal di zamannya.
Berkata Abu Ja’far Thahawi bahwa Nasai adalah Imam ummat Islam seluruhnya.
Berkata Abu ‘Ali Naisaburi bahwa Nasai adalah Imam Hadits, tidak ada yang membantah keimamannya itu.