Bulan-bulan terakhir bagi seorang anak untuk menyelesaikan study/pendidikan jenjang SMA seharusnya sedang merasa berada di mulut harimau dan berusaha melepaskan diri dari sana dengan segenap usaha dan segenap tenaga.
Di mulut harimau Jangan diartikan sebagai suatu hal yang menakut-nakuti, tetapi memang seharusnya lah kita takut untuk tidak lepas dari sana. Tidak mengatakan sekolah itu adalah hal yang menakutkan pula, tetapi lulus dari sana adalah hal yang harus diperjuangkan, tidak lulus dengan embel-embel belas kasihan dan bantuan tertentu “jika ada”, tetapi lulus lah sebagai seorang siswa/pelajar yang benar-benar terpelajar.
Setelah lulus saya mau apa dan mau kemana?
Adalah pertanyaan yang sering sekali dipertanyakan seorang pelajar. Tidak tahu mau kemana dan mau apa? Tidak tau apa yang diminati dan apa yang dicitakan. Aneh Bukah? Tapi itu adalah realita yang banyak terjadi di dunia pendidikan kita. Tidak sedikit pelajar yang telah lulus SMA hanya ikut-ikutan kuliah di jurusan atau fakultas tertentu. Setelah di dalam tidak ada bidang peminatan yang dimiliki.
Sebenarnya hal ini bukanlah 100% kesalahan si anak. Tapi banyak pihak yang bertanggungjawab. Diantaranya adalah Orang tua dan Pihak sekolah.
Peran Orang tua
Orang tua adalah orang yang paling utama menentukan arah dan tujuan si anak. TIdak saya katakan bahwa orangtua memaksakan si anak untuk menjadi sesuatu. Tetapi, orang tua harus mempersiapkan si anak menjadi sesuatu, melihat apa yang menjadi bakat dan keinginan si anak. Saya tidak tau bakat anak saya?? Salah besar jika mengatakan hal seperti ini. Bukan tidak tahu, tetapi tidak jeli, dan tekadang karena kecenderungan ingin anak menjadi seseorang seperti yang diinginkan orangtua, sehingga tidak lagi melihat bakat anak yang menonjol.
Beri ruang untuk anak memilih, adalah hal yang baik. Tidak semua anak Pintar matematika, tetapi ada anak yang pintar seni, budaya, sosial, ekonomi dan lain-lain. Tidak semua anak minat menjadi dokter, mungkin menjadi ahli sejarah, ahli IT, ekonom, dll. Ruang ini harus dipersipakan oleh orang tua
Lakukan sharing/tukar pikiran dengan anak, komunikasi yang tidak terlalu memberi stressing /tekanan terhadap seorang anak akan menimbulkan keterbukaan dan kenyamanan untuk mengungkapkan sesuatu.
Beri teladan yang benar terhadap anak. Berilah teladan dan contoh yang bijaksana terhadap seorang anak. Tunjukkan bahwa orang tua adalah orang yang bertanggungjawab, bijaksana, tegas, dan memiliki eksistensi yang baik sebagai orangtua.
Pihak Sekolah/Pendidik
Pihak sekolah/Pendidik adalah orang kedua yang sangat bertanggungjawab terhadap tujuan pendidikan anak. Memberikan didikan intelektual dan moral adalah tanggungjawab yang tidak bisa dianggap remeh. Kemampuan seorang anak memahami adalah tanggungjawab seorang pendidik.
Memiliki pemahaman tentang karakter anak dan kemampuan untuk menghadapi karakter tersebut adalah kunci utama untuk menentukan cara mendidik disekolah. Sudah menjadi keharusan bagi seorang pendidik untuk terus mengisi diri dengan pemahaman-pemahaman tentang psikologis anak selain terus mengasah kemampuan mengajar dan ilmu.
Mengarahkan anak sesuai dengan kemampuan dan bidang peminatan adalah tanggungjawab pendidik, karena seorang pendidik lebih mengetahui kemampuan seorang anak, dibandingkan dengan orantua mereka. terkadang seorang anak tidak menyadari apa yang menonjol di dalam diri mereka, tetapi perhatian dan kedekatan seorang pendidik, mampu melihat diri si anak, apa dan dimana kelebihan mereka.
Sebaiknya tidak memaksanakan seorang anak untuk mengambil jurusan tertentu yang tidak sesuai dengan minatnya, karena ini akan menjadi beban mental bagi si anak untuk men gikuti materi pembelajaran. Stress yang tinggi dapat menyebabkan anak mengalami kejenuhan bahkan keinginan untuk tidak.
Persiapkan siswa menjadi orang-orang yang bertanggungjawab dan disiplin. Karena masa SMA akan sangat berbeda dengan Prguruan tinggi. Berikan gambaran ini kepada siswa, sehingga tidak mengalami stress ketika memasuki perguruan tinggi
Selain dua faktor diatas, Faktor utama yang menentukan adalah siswa/pelajar sendiri.
Siswa/ pelajar adalah orang yang akan terjun langsung ke dunia yang dia pilih. Jika pilihan itu adalah karena paksaan dan tidak sesuai dengan minat, akan menyebabkan kegagalan ataupun ketidakseriusan.
Pendidikan di jenjang perguruan tinggi sangat jauh berbeda dengan pendidikan di SMA. Jadi mulailah diri dengan mempersiapkan diri untuk jenjang yang lebih tinggi. Bulan-bulan akhir menuju kelulusan ini, belum lah terlambat untuk mempersiapkan diri..
Hal-hal apa yang harus dilakukan dan berbeda di perguruan tinggi?
- Perguruan tinggi menganggap mahasiswa adalah orang dewasa dan mereka harus bertanggung jawab atas pendidikannya. hadir atau tidak hadir di kelas tidak akan diberi teguran, berbeda dengan di sekolah, siswa akan di tegur dan diberi sanksi, Dalam hal tugas, mahasiswa haruslah tepat waktu, berbeda dengan siswa, terkadang diberi kelonggaran. Lulus tidak lulus dari perguruan tinggi adalah tanggung jawab pribadi. Seorang Mahasiswa akan dituntut kebebasannya yang betanggungjawab sebagai orang dewasa. Mulai lah menjadi orang disiplin dan bertanggungjawab, serta tidak lagi menunda-nunda sagala sesuatunya
- Manajemen waktu, Waktu belajar di sekolah dengan di perguruan tinggi akan sangat berbeda. Terkadang pembelajaran di perguruan tinggi hanya memakan waktu 2-3 jam, dan tidak selamanya memiliki jadwal yang sama. berbeda dengan sekolah yang menjalani waktu belajar secara rutin. jadi mulailah melakukan manajemen waktu, terutama waktu-waktu luang
- Kemampuan berkomunikasi dan berbicara, seorang mahasiswa akan ditutut untuk mengejar-ngejar dosen, mempresentasikan sesuatu. berbeda dengan sekolah, seorang siswa lebih banyak dituntut untuk memberi jawaban terhadap pertanyaan, dan sering sekali siswa yang harus dikejar oleh guru dalam mengatasi kelemahan mereka. Jadi mulailah belajar berkomunikasi dengan orang lain, dan belajar untuk dapat bebicara tentang suatu hal. Siapkan mental sebagai orang dewasa yang tidak lagi pasif, melainkan Aktif
- Sosial. Kehidupan sosial yang tinggi sangat dibutuhkan dalam dunia perguruan tinggi. Belajar tidak bisa lagi seorang diri, kita akan membutuhkan orang lain dalam mendukung keberhasilan kita, teman, organisasi, dan kehidupan sosial yang lainnya. Dimana seorang mahasiswa harus memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri dan emosi dalam lingkungannya. Jadi seorang siswa harus mempersiapkan kehidupan sosialnya, seperti mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, organisasi, kelompok budaya, ataupun menjadi sukarelawan. Mengikuti kegiatan sosial yang nyaman bagi kita, dan harus belajar untuk peka akan keadaan sekitar.
Sedikit banyak, demikianlah kondisi dan hal-hal yang akan dialami oleh siswa menuju jenjang yang lebih tinggi. Tahun pertama memasuki perguruan tinggi akan menjadi masa yang sulit. Maka untuk lebih memperkecil stressing pada masa peralihan tersebut, alangkah baiknya mempersiapkan diri sejak dini. Tidak perlu lagi membuang-buang waktu untuk hal-hal yang tidak berguna dan hal-hal yang memberi dampak negatif bagi kehidupan kita
Mari Persiapkan diri Sejak Dini Untuk menjadi Generasi yang Berilmu, bermoral, bermental baik dan Siap Pakai